Ada banyak cara untuk merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau juga dikenal dengan istilah Maulidir Rasul. Khususnya di Aceh, sejumlah daerah di provinsi Serambi Mekah ini kerap menyuguhkan hidangan spesial sebagai salah satu bentuk perwujudan rasa syukur .

Perlu diketahui, perayaan Maulid Nabi dirayakan dengan menyelenggarakan serangkaian acara mulai dari zikir, tausiah agama, memberikan santunan kepada anak yatim-piatu, hingga makan kenduri bersama yang diselenggarakan di meunasah-meunasah. Menu yang disajikan pun cukup beragam. Namun yang menjadi ciri khas di Aceh, khususnya bagi masyarakat Pidie ini adalah sajian lemang. Bagi masyarakat Tangse, memasak lemang yang merupakan tradisi warisan ketika memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW pada 12 Rabiul Awal 1439 Hijriah yang jatuh pada Jumat, 1 Desember 2017.

Pantauan di sejumlah desa Aceh Tangse,  terlihat sejumlah penduduk di daerah tersebut, sejak pagi hari mulai melakukan aktivitas menanak lemang sebagai penganan khas asli Aceh tersebut.

“Nyoe ka tradisi masa dilee-dilee meunyoe ka ditamong buleuen meulod. Leumang nyoe wajeb,” ujar Abu Bakar, warga desa Neubok Dalam, Kecamatan Tangse saat ditemui mediaaceh, Jumat, 1 Desember 2017.

Seperti diketahui, lemang terbuat dari pulut atau ketan yang di campur dengan santan dan garam kemudian dilapisi daun pisang, serta dibakar menggunakan bambu.

Adapun tatacara membakar lemang adalah dengan posisi di bagian tengah bambu yang agak dimiringkan pada tiang penyangga. Agar masaknya rata, maka putar-putar bambu yang di bakar dengan kayu api.

Abu Bakar mengaku, aktivitas membakar penganan khas yang berada di dalam batang bambu tersebut memakan waktu paling cepat sekitar empat jam lamanya.

“Nyan watee paleng bagah meunyoe goet hu apui. Pihlom ta toet beu tajaga mangat bek masak siteungoh,” ujar Abu Bakar lagi.

Sumber: mediaaceh.co