Banda Aceh – Dinas Sosial Aceh menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) Kampung Siaga Bencana (KSB) se Aceh yang berlangsung sejak hari Kamis 10 – 11 Mei 2018 di Hotel Grand Naggroe, Gampong Lueng Bata, Kecamatan Lueng Bata, Kota Banda Aceh. Hadir di Rakor tersebut Direktur Perlindungan Sosial dan Korban Bencana Alam (PSKBA) Kementrian Sosial RI, Margowiyono.

KSB merupakan pendekatan penanggulangan bencana berbasis masyarakat yang dibentuk pemerintah untuk mengubah pola pikir dan tindakan masyarakat dalam penanggulan bencana melalui upaya mempersiapkan masyarakat agar lebih mampu mengelola kerentanan, ancaman dan resiko bencana di setiap daerah.

Rakor yang diikuti oleh 120 peserta terdiri dari para kepala bidang perlindungan dan jaminan sosial (Linjamsos), Koordinator Tagana, Ketua KSB kabupaten/kota se Aceh, Bappeda kabupaten/kota, para Camat yang ada KSB di wilayahnya, BPBA, PMI, SAR dan Forum PRB Aceh dibuka oleh Kepala Dinas Sosial Aceh Alhudri.

“Satu tim KSB berjumlah 60 orang, kalau 24 KSB maka ada 1.440 orang yang ada dalam tim KSB yang merupakan potensi masyarakat untuk menjadi agen perubahan di lapangan sebagai masyarakat siaga bencana dalam rangka pengurangan resiko bencana berbasis komunitas,” imbuh Yayan.

Direktur PSKBA Kementrian Sosial RI, Margowiyono sangat mengapresiasi dengan diadakannya Rakor KSB tersebut. Dia berharap, KSB yang sudah terbentuk di hampir setiap kabupaten/kota di Aceh harus terus berkembang, dan dia mengaku siap untuk membantu.

“Tentunya KSB ke depan harus lebih bagus walaupun saya nanti tidak lagi sebagai direktur PSKBA,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Aceh Alhudri dalam sambutannya mengatakan, bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam, non alam maupun manusia itu sendiri, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis lainnya.

Foto Bersama Ketua KSB Kecamatan Tangse, Hamdani (Kanan Foto).

“Bencana tidak dapat kita hindari namun resikonya yang dapat kita kurangi. salah satu kegiatan untuk mengurangi dampak dari resiko bencana adalah membentuk kampung siaga bencana pada daerah rawan bencana,” ujar Alhudri.

Dengan KSB, katanya, masyarakat akan dibekali dengan ilmu pengetahuan, keterampilan dan teknik evakuasi dalam rangka perlindungan sosial terhadap korban bencana.

Menurutnya, kegiatan kampung siaga bencana manfaatnya sangat banyak, selain memberikan pemahaman tentang ilmu kebencanaan kepada masyarakat, juga untuk menggali sumber daya manusia dan potensi sumber daya alam yang dapat digunanakan pada saat penanggulangan bencana. Kemudian wilayah KSB mempunyai satu peta kawasan untuk jalur evakuasi dan titik penyelamatan dari kawasan rawan bencana.

“Oleh karenanya sangat penting untuk kita mengadakan rapat koordinasi kampung siaga bencana ini. Antara lain untuk mengetahui permasalahan di lapangan dan kita sama-sama mencari solusi pemecahannya,” kata Alhudri.

Alhudri berharap, KSB yang sudah dibentuk dapat dirasakan oleh masyarakat setempat, dan tim KSB dapat menunjukkan kiprahnya pada saat penanggulangan bencana.

“Terakhir, kemarin kami melaksanakan KSB di Kabupaten Nagan Raya pada 1 – 3 Mei 2018. Tetapi masih ada sisa kabupaten yang belum terbentuk KSB, insyaAllah tahun ini sebagian akan terealisasi, sesuai dengan anggaran yang tersedia,” ujarnya.

Sumber:
acehtrend.co
lintasnasional.com